Sabtu, 15 Oktober 2011

wkwkw adeknya lucu (/.><)/

8 kebohongan ibu........(melon melow part2)

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang 
laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya
untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah
nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA



Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap
dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar
dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di
sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang
yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu
seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA



Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,
ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk
menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari
tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan
gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata
:"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu
tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA



Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang
tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa
jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu
dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam
botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat
dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu
yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil
menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT



Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia
harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun
semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi
keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang
tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun
masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita
yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi.
Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka,
ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG
KELIMA



Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk  sedikit sayur
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di
luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi
kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut.
Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya "
----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM



Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat
sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa
ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak
terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH



Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung,
harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra
atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu
menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.
Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit
sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan
tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.



Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.



Sumber: m(_ _)m maaf lupa......sudah mengendap di PC selama 1 tahun

melon melow lagi

Jumat, 14 Oktober 2011

Kamis, 13 Oktober 2011

"I Cried for My Brother Six Times"

Aku dilahirkan di sebuah dusun
pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari,
orangtuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung
mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang
adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang
mana semua gadis di sekelilingku kelihatan membawanya,
aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah
segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku
berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu
di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" beliau bertanya. Aku
terpaku, terlalu takut untuk berbicara.

Ayah tidak mendengar siapapun mengaku, jadi beliau
mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua
layak dipukul!"

Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata,
"Ayah, aku yang melakukannya! "

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku
bertubi-tubi. Ayah begitu marah, sehingga ia terus
menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas.

Sesudahnya, beliau duduk di atas ranjang batu bata
kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari
rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu
lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai
mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan
kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak
menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam
itu, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.
Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan
berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya
sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki
cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun
telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan
seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa
tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu,
adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia
lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat
yang sama, aku diterima untuk masuk ke sebuah
universitas propinsi.

Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok
tembakaunya, bungkus demi bungkus. Aku mendengarnya
memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang
begitu baik. Hasil yang begitu baik."

Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela
nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa
membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah
dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah
lagi, saya telah cukup membaca banyak buku."

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada
wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu
keparat lemahnya? Bahkan jika berarti ayah mesti
mengemis di jalanan, ayah akan menyekolahkan kamu
berdua sampai selesai!" Kemudian ia mengetuk setiap
rumah di dusun itu untuk meminjam uang.

Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke
muka adikku yang membengkak. Aku berkata, "Seorang
anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya. Kalau
tidak, ia tidak akan pernah meninggalkan jurang
kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan
untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang,
adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai
pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering.
Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan
secarik kertas di atas bantalku, "Kak, masuk ke
universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari
kerja dan mengirimmu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku,
dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku
hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan
uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada
punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai
ke tahun ketiga di universitas.

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika
teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang
penduduk dusun menunggumu di luar sana!" Mengapa ada
seorang penduduk dusun mencariku?

Aku berjalan keluar dan melihat adikku dari jauh,
seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.
Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada
teman sekamarku kalau kamu adalah adikku?"

Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana
penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka
tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan
menertawakanmu? "

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku
menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan
tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli
omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apapun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. "

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut
berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan
terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota
memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki
satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku
menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan
menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku pulang ke rumah setelah menghadiri
undangan pernikahan seorang teman, kaca jendela yang
pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di
mana-mana. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu
banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"

Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu
yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka
ketika memasang kaca jendela baru itu."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat
mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit salep pada lukanya dan
membalut lukanya. "Apakah itu sakit?" aku
menanyakannya.

"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di
lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku
setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja
dan..." Di tengah kalimat itu ia berhenti.

Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata
mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23.
Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Seringkali
suamiku dan aku mengundang orangtuaku untuk datang dan
tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau.
Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka
tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak
setuju juga, dia mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu
saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Saat Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami
menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai
manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku
menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai
bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, ketika adikku sedang di atas sebuah tangga
untuk memperbaiki sebuah kabel, ia mendapat sengatan
listrik, lalu masuk rumah sakit.

Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih
pada kakinya, aku menggerutu, "Mengapa kamu menolak
menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus
melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat
kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu
tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela
keputusannya. "Pikirkan kakak ipar, ia baru saja jadi
direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika
saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa
yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata. Kemudian keluar
kata-kataku yang sepatah-sepatah, "Tapi kamu kurang
pendidikan juga karena aku!"

Lalu ia berkata, "Mengapa membicarakan masa lalu?"
Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26
dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang
gadis petani dari dusun itu. Dalam acara
pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya
kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan
kasihi?"

Tanpa berpikir, ia menjawab, "Kakak saya."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah
kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya
pergi sekolah SD, sekolah kami ada di dusun yang
berbeda. Setiap hari kakak dan saya berjalan selama
dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.
Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Sedangkan
ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran
karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat
memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah,
selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu
memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu
susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang
yang paling aku berterima kasih adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di
depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran
turun dari wajahku seperti sungai.





Diterjemahkan dari "I Cried for My Brother Six Times"




cerita jaman SMP yg selalu membuatku menangis (/.TT)/


Piaraan Di Rumah

Pohon Kepel, dan beberapa makhluk cantik (anggrek) piaraan di rumah ho ho ho ~(.><)~





Rabu, 12 Oktober 2011

PENYUSUNAN DAFTAR PUSTAKA part 2

Pengertian Daftar Pustaka (Bibliografi)

Menurut Gorys Keraf (1997:213) yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang tengah digarap. Bagi orang awam, bibliografi mungkin tidak penting artinya. Tetapi bagi seorang sarjana, seorang calon sarjana atau seorang cendekiawan, daftar kepustakaan itu merupakan suatu hal yang sangat penting.

Melalui daftar kepustakaan yang disertakan pada akhir tulisan itu, para sarjana atau cendekiawan dapat melihat kembali kepada sumber aslinya. Mereka dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai pertalian dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan benar atau tidak. Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas pula horison pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu.


2.2.2. Unsur-Unsur Bibliografi

Untuk persiapan yang baik agar tidak ada kesulitan dalam penyusunan bibiografi itu, tiap penulis harus mengetahui pokok-pokok mana yang harus dicatat. Pokok yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah bibliografi adalah:
(1) Nama pengarang
(2) Judul Buku
(3) Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke-berapa, nomor jilid, dll.
(4) Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.


2.2.3. Bentuk Bibliografi

Cara penyusunan bibliografi tidak seragam bagi semua bahan referensi, tergantung dari sifat bahan referensi itu. Cara menyusun bibliografi untuk buku agak berlainan dengan majalah, dan majalah agak berlainan dengan surat kabar, serta semuanya berbeda pula dengan cara menyusun bibliografi yang terdiri dan manuskrip-manuskrip yang belum diterbitkan, seperti tesis dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan antara jenis-jenis kepustakaan itu, namun ada tiga hal yang penting yang selalu harus dicantumkan yaitu: pengarang, judul, dan data-data publikasi.

Petunjuk umum penulisan daftar pustaka adalah :
a. Daftar pustaka diletakkan pada bagian akhir karya tulis di halaman tersendiri.
b. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.
c. Nama penulis diurutkan secara alfabetis, setelah nama dibalik (kecuali nama Tionghoa atau yang terdiri satu kata).
d. Tiap sumber bacaan ditulis dengan jarak spasi rapat.
e. Jarak antarsumber bacaan yang satu dengan yang lain ditulis dangan jarak dua spasi.
f. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap sumber harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997:222).

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
1) Nama Pengarang.
a. Penulisan nama pengarang sebuah buku dengan seorang pengarang.
- Nama Pengarang hanya terdiri dari satu kata tidak dibalik.
- Nama pengarang lebih dari satu kata, maka nama terakhir ditulis lebih dulu kemudian diikuti nama pertama, kemudian data publikasi buku.
- Nama-nama asing banyak yang ditulis menyimpang dari aturan lazim yang berlaku. Contoh penulisan nama asing yang benar adalah:
Nama Cina : Tan May Lie ditulis Tan M.L
Nama Vietnam : Nguyen Cao Ky ditulis Nguyen-Cao-Ky
Nama Hongaria : Farkas Karoly ditulis Karoly, Farkas
Nama India : B.C. Das Gupta ditulis Das Gupta, B.C.
Nama Perancis : V. du Barry ditulis du Barry, V.
Nama Belanda : N.M. van Straalen ditulis Van Straalen, N.M.
Nama Jerman : Carl von Schmidt ditulis Von Schmidt, C.
Nama Arab : Ali Abdul Aziz ditulis Abdul Aziz, Ali
Nama Anglo Saxon : John Doe, Sr. Ditulis Doe J, Sr.
- Penulisan nama tidak memakai gelar akademis, seperti Prof. Dr. Ir. atau M.Sc atau pangkat kemiliteran: Jenderal, Laksamana, atau sebutan lain seperti Presiden, Menteri, dan sebagainya.
- Jika buku disusun oleh sebuah komisi atau lembaga, nama komisi atau lembaga itu dipakai untuk menggantikan nama pengarang.
- Jika tidak ada nama pengarang, dapat diganti dengan “Anonim” atau “_____” dan diurutkan berdasarkan judul buku.
Contoh :

Depdikbud. 1988. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia I untuk SMU. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

b. Penulisan nama pengarang dari buku dengan dua atau tiga pengarang.
- Nama pengarang kedua tidak dibalikkan. Dalam hal-hal lain ketentuannya sama dengan nomor a.
- Urutan nama pengarang harus sesuai dengan yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh ada perubahan urutan.
Contoh :

Oliver, Robert T. and Rupert L. Cortright. 1958. New Training for Effective Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc.

c. Penulisan nama pengarang dari buku dengan banyak pengarang (tiga pengarang atau lebih).
- Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.
- Untuk menggantikan nama-nama pengarang lainnya, digunakan singkatan dkk.
Contoh :

Karso, dkk. 1994. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum. Bandung: Angkasa.


2) Tahun Terbit.
Tahun terbit ditulis sesudah nama pengarang, dipisahkan dengan tanda titik.

3) Judul Buku.
Judul buku harus digarisbawahi atau dicetak miring. Setiap huruf awal dari kata yang merupakan bagian dari judul buku diketik dengan huruf kapital, kecuali kata depan dan konjungsi.

4) Tempat Terbit.
Tempat terbit ditulis sesudah judul buku, dipisahkan dengan tanda titik.

5) Penerbit.
Nama penerbit ditulis sesudah tempat terbit, dipisahkan dengan tanda titik dua (:) dan diakhiri dengan tanda titik.

6) Penulisan data pustaka dari buku yang pada edisi berikutnya mengalami perubahan.
a. Jika buku yang digunakan sebagai acuan mengalami perubahan pada edisi-edisi berikutnya, biasanya ditambah keterangan rev. ed. (revise edition=edisi yang diperbaiki) di belakang judul buku. Keterangan mengenai edisi yang diperbaiki ini bisa tidak ditulis, asal disebutkan periode pencetakannya. Keterangan mengenai cetakan dipisahkan dengan tanda titik.
b. Tahun penerbitan yang harus ditulis adalah tahun cetakan dari buku yang dipakai.
Contoh :

Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Cet. ke-3. Yogyakarta: Karyono.

Gleason, H.A. 1961. An Introduction to Descriptive Linguistics. Rev. ed. New York: Holt. Rinehart and Winston.

7) Penulisan data pustaka dari buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih.
a. Angka jilid ditempatkan sesudah judul, dipisahkan dengan tanda titik dan selalu disingkat.
b. Untuk penerbitan Indonesia biasa digunakan singkatan Jil. atau Jld.
Contoh :

Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. 2 Jil. Yogyakarta: Kanisius.

8) Penulisan daftar pustaka dari edisi karya seorang pengarang atau lebih.
a. Jika editornya lebih dari satu orang, cara penulisannya sama dengan cara penulisan nama pengarang dari buku dengan dua, tiga atau banyak pengarang. Selain itu dapat juga ditulis dengan eds.
b. Ada juga kebiasaan lain yang menempatkan singkatan editor di dalam tanda kurung (ed).
Contoh :

Ali, Lukman. ed. 1967. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru. Djakarta: Gunung Agung.

9) Penulisan daftar pustaka dari sekumpulan Bunga Rampai atau Antologi.
Contoh :

Jassin, H.B. ed. 1969. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. 2 Jil. Jakarta: Balai Pustaka.

10) Penulisan daftar pustaka dari sebuah terjemahan.
a. Nama pengarang asli diurutkan dalam daftar urutan alfabetis.
b. Keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan tanda koma.
Contoh :

Multatuli. 1972. Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B Jassin. Jakarta: Djambatan.

11) Penulisan daftar pustaka dari artikel majalah.
a. Judul artikel ditulis dalam tanda kutip dan dipisahkan dari nama majalah yang dicetak miring.
b. Tidak ada tempat publikasi dari penerbit, tetapi nomor jilid, tanggal dan nomor halaman harus dicantumkan.
Contoh :

Soebadio, H. ”Penggunaan Bahasa Sansekerta dalam Pembentukan Istilah Baru”. Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, I (April, 1963), 47 – 48.

12) Penulisan daftar pustaka dari artikel surat kabar.
a. Judul artikel ditulis dalam tanda kutip.
b. Nama surat kabar dicetak miring.
Contoh :

Arman, S.A. ”Sekali Lagi Teroris”, Kompas, 19 Januari, 1973, hlm. 5.

13) Penulisan data pustaka dari tesis atau disertasi yang belum diterbitkan.
a. Tesis, skripsi, atau disertasi yang belum diterbitkan diperlakukan sebagai artikel sehingga ditulis dalam tanda kutip.
b. Data publikasi yang harus dicantumkan, yaitu jenis karya ilmiah (skripsi, tesis atau disertasi), nama fakultas dan universitas, tempat dan tahun pembuatan.
Contoh :

Parera, Jos Daniel. ”Fonologi Bahasa Gorontalo”, Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1964.

Hartoko, A. ”Pemetaan Dinamis Ekosistem Ikan Pelagis Melalui Analisis Terpadu Karakter Oseanografis di Perairan Laut Indonesia”. Disertasi Doktor Institut Teknologi Bandung, Bandung, 1999.

Rais, J. “A Comparison of The Projective and The Development Methods for Computing The Best Fitting Ellipsoid”. M.Sc.Thesis Ohio State University, Columbus, USA, 1969.

14) Penulisan daftar pustaka dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden.
Karena yang bertanggungjawab terhadap dokumen-dokumen ini adalah negara, maka dapat ditulis Republik Indonesia, atau Pemerintah Indonesia, Government of Indonesia atau Indonesia saja.
Contoh :

Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Lembaran Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 1999, No. 60. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 1972. Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1972 tentang Perizinan Penerbangan Dalam dan Atas Wilayah Republik Indonesia. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

15) Penulisan daftar pustaka dari artikel dalam ensiklopedi
a. Judul artikel selalu ditulis dalam tanda kutip, sedangkan judul buku digarisbawahi atau dicetak miring.
b. Perhatikan pula tanda koma yang ditempatkan antara judul artikel dan judul buku, harus ditempatkan dalam tanda kutip kedua, tidak boleh sesudah tanda kutip.
Contoh :

Wright, JT. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopedia of Linguistics, Information and Control, (Oxford: Pergamon Press Ltd., 1969), hal. 243 – 251.

16) Penulisan daftar pustaka dari internet.
Untuk penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet ada beberapa rumusan pendapat :
a. Menurut Sophia (2002), komponen suatu bibliografi online adalah :
- Nama pengarang
- Tanggal revisi terakhir
- Judul
- Media yang memuat
- URL yang terdiri dari protocol/situs/path/file
- Tanggal akses
b. Winarko memberikan rumusan pencantuman bibliografi online di daftar pustaka sebagai berikut :
- Artikel jurnal dari internet: Majalah/Jurnal Online.
Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (dengan singkatan resminya), nomor, volume, halaman dan alamat website. Nama majalah online harus ditulis miring.
- Artikel umum dari internet dengan nama.
Penulis, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …). Judul artikel harus ditulis miring.
- Artikel umum dari internet tanpa nama.
Anonim, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …). “Anonim” dapat diganti dengan “_____”. Judul artikel harus ditulis miring.
Contoh:

Hermans, B. 2000. Desperately Seeking: Helping Hands and Human Touch, [online], (http://www.hermans.org/agents2/ch3_1_2.htm, diakses tanggal 25 Juli 2008 ).

Hartati, Dwi. ____. Menulis Daftar Pustaka, [pdf], (http://oke.or.id, diakses tanggal 17 September 2008).

Winarko, E. _____. Penulisan Sitasi pada Karya Ilmiah, [pdf], (http://ewinarko.staff.ugm.ac.id/metopen/modul6-daftarpustaka.pdf, diakses tanggal 17 September 2008 ).

2.2.4. Macam-Macam Bibliografi

a. Buku-buku dasar : buku yang dipergunakan sebagai bahan orientasi umum mengenai pokok yang digarap itu.
b. Buku-buku khusus : yaitu buku-buku yang dipakai oleh penulis untuk mencari bahan-bahan yang langsung bertalian dengan pokok persoalan yang digarap.
c. Buku-buku pelengkap : buku-buku yang topiknya lain dari topik yang digarap penulis.


2.2.5. Penyusunan Bibliografi

Untuk menyusun sebuah daftar pustaka, perlu diperhatikan terlebih dahulu hal-hal berikut :
a. Nama pengarang diurutkan menurut alfabet.
b. Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk referensi yang kedua dan seterusnya , nama pengarang tidak perlu diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketukan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap sumber harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997:222).


REFERENSI

Akhmadi, Heru. 2008. Penulisan Referensi/Daftar Pustaka Pada Thesis atau Laporan Ilmiah Lainnya, [online], (muhammadheru.blogspot.com, diakses tanggal 14 Maret 2009).

Hartati, Dwi. _____. Menulis Daftar Pustaka, [pdf], (http://oke.or.id).

Rais, Jacub. _____. Tata Cara Penulisan Baku Daftar Acuan (References) dan Daftar Pustaka (Bibliography) Dalam Makalah Ilmiah, Tesis, Disertasi, [pdf], (www.google.co.id).

______. _____. Bab XI Daftar Pustaka dan Catatan Kaki, [pdf], (www.google.co.id).

Therik, Wilson M.A. _____. Hal Teknis Sekitar Penulisan Makalah/Skripsi, [pdf], (www.google.co.id).

Tim Bahasa dan Sastra Indonesia SMA. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.



Sumber : http://renyalda.blogspot.com/2009/04/2.html

Selasa, 11 Oktober 2011

MARRY ME (ELLEGARDEN)

Somewhere closer I can hear the wedding bell
It's a fine day, I am wearing a blue shirt like the sky
I am standing in the line while holding confetti
I see the girl of my dream is shining like the sun beside him
Won't you marry me if I could be a rich boy?
Won't you marry me if I could be very handsome?
Won't you marry me if I could be a tall guy?
Don't you marry him, if I could be in that next life
You're an idol in high school He was a quarter back
He had sold me a photocopy of your photograph
I am standing in the line while holding confetti
I see the girl of my dream is smiling like the sun
In her wedding dress
Won't you marry me if I could be a rich boy?
Won't you marry me if I could be very handsome?
Won't you marry me if I could be a tall guy?
Don't you marry him, if I could be in that next life
Maybe not, she don't remember me
Maybe not, she don't know how I feel
Maybe not, she don't even know my last name
Won't you marry me if I could be a rich boy?
Won't you marry me if I could be very handsome?
Won't you marry me if I could be a tall guy?
Don't you marry him
He's just another stupid in the next life

OKTOBER 2011

1 Dzulhijjah 1432 H
(ijtimak Dzulhijjah kamis pon 27 oktober 2011M,jam 2.57WIB dinihari)
jumat wage, 28 Oktober 2011M
tinggi hilal 6 derajat,36'07" dalam pandangan mata di jateng
hilal berada 17,53 derajat.Sebelah selatan titik Barat/ 4,70 derajat sebelah Selatan matahari terbenam dalam keadaan miring ke Selatan. Nurul hilal 0,61 inch, dan lamanya di atas ufuk jateng 33 menit, hingga jam 18.08 WIB.


Shaum Sunnah Ayyam Al-Bidl (13-15 Dzulqa'dah)